Aku asyik melihat isi-isi sosmed itu. Tersenyum. Tertawa sedikit. Lalu terdiam. Satu persatu kenangan muncul diingatanku. Menyesakkan dada. Banyak hal yang membuatku terdiam. Terutama kenyataan bahwa aku tidur sendiri malam ini. Aku rindu sosok yang biasanya menemaniku tidur di rumah ini.
Aku teringat. Tidak ada lagi yang ku peluk saat tidur. Tidak ada lagi yang bisa ku usili saat orang itu sedang tidur. Tidak ada lagi yang ku cubit pipinya saat aku sedang usil. Tidak ada lagi suara imut dirinya. Aku merindukannya. Aku rindu setiap moment dengannya. Sungguh, aku hanya merindukanmu.
Tadinya, aku tidak pernah menangis di malam hari seperti ini. Karena, setiap kali aku ingin menangis, aku selalu melihat sosoknya yang membuat aku kuat. Aku sebagai kakak yang baik harus menunjukkan sikap kuatku. Kalau aku menangis, dia bagaimana? Tapi sekarang, hampir tiada hari tanpa suara tangisku di kamar ini. Menangis tersedu-sedu karena tidak akan ada yang tahu lagi kalau aku sedang menangis. Tidak akan ada yang tahu aku serapuh ini. Aku bisa menangis sepuas yang aku mau.
Aku tidak akan tahu sampai kapan aku akan begini. Mengingat ibu, lalu menangis. Mengingat adik, menangis juga. Mengingat semua, menangis lagi. Iya, aku lemah.
Kadang aku berharap agar aku bisa mengulang waktu kembali. Dimana semua masih utuh. Kami, masih keluarga yang bahagia. Atau saat dirinya ingin pergi agar aku bisa menahannya lebih lama lagi dan tidak meninggalkan kita. Aku membutuhkanmu. Tidak bisa tidak ada dirinya, mereka semua. Tapi, aku tidak bisa mengulang waktu. Kalimat itu hanya menyakitkan saja.
Aku tahu aku tidak sendiri. Tapi tetap saja, rasanya seperti sendiri. Kenapa aku ditinggalkan? Di rumah yang tidak bisa ku sebut rumah.
Komentar
Posting Komentar